NUMERIK ALQURAN adalah pengamatan yang dilakukan terhadap Alquran dengan format cetak 18 baris penulisan sehingga memperoleh perhitungan yang sangat cermat dan akurat, berdasarkan konsep rukun Islam dan Iman.

Sabtu, 14 Desember 2013

Angka Dan Huruf Sebagai Dasar Kajian

Pada QS. 49 Al Hujuraat ayat 12, Allah melarang manusia untuk berprasangka buruk. Karena prasangka buruk, merupakan cerminan seseorang yang melihat suatu permasalahan hanya dari satu sisi. Tidak mau melihat sisi yang lain, dimana mungkin ada nilai kebaikan disana sebagai pembanding. Adanya larangan itu, karena sesungguhnya Dia telah membekali manusia otak untuk berpikir. Dimana otak manusia juga dibagi menjadi dua bagian, otak kanan dan otak kiri sebagai satu bentuk keseimbangan. Agar  manusia dapat mencerna pesan-pesan yang bersifat logis dan filosofis. Pesan yang bersifat konkrit dan abstrak, yang real maupun ideal, hot digital thinking atau cool analog thinking yang disampaikan berupa angka dan huruf. Dimana kedua perangkat ini, angka dan huruf. Seharusnya disinergikan agar dapat menghasilkan hasil olah pikir, atau hasil kajian yang maksimal. Dalam upaya mencari nilai kebenaran dari pesan serta petunjuk yang disampaikan-Nya kepada manusia di dalam Alquran.


Betapa pentingnya memperhatikan angka selain dari huruf di dalam Alquran. Diingatkan oleh-Nya pada QS. 89 Al Fajr ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi; Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil. Waktu fajar adalah saat akan mulai terbitnya matahari di ufuk timur, sebagai awal dari kehidupan. Bilangan sepuluh tentunya mengingatkan kita pada banyaknya simbol angka atau bilangan, mulai dari angka satu sampai dengan angka nol atau kosong. Sedangkan genap dan ganjil sudah jelas berbicara tentang banyaknya angka atau bilangan. Pesan dari ketiga ayat itu seakan-akan berbicara, bahwa; dengan diikutsertakannya angka atau bilangan di dalam kajian Alquran. Mudah-mudahan ke depan dia akan menjadi awal baru kehidupan, terungkapnya petunjuk dari keluasan dan kedalaman ilmu-Nya di dalam Alquran, yang selama ini belum terungkap kepermukaan.

Kalau simbol angka atau bilangan ada sepuluh. Berapa banyak sebenarnya huruf hijaiyah yang eksis dan dapat digunakan untuk membaca petunjuk-Nya yang tertulis di dalam Alquran? Ada yang berpendapat sebanyak 28 huruf, ada pula yang mengatakan 30 huruf. Yang mengatakan 28 huruf, karena mereka tidak menganggap huruf Laam-aliif 
) dan Hamzah (  οΊ€  ) sebagai huruf. Alasannya karena huruf Laam-aliif dianggap sebagai dua huruf yang digabung, sedangkan Hamzah dianggap mempunyai bunyi yang sama dengan huruf Aliif. Di dalam bahasa lain di luar bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia umpamanya. Sebenarnya dikenal juga penggabungan dua huruf yang mempunyai makna tersendiri, seperti; NG dan NY. Apalagi huruf Laam-aliif sendiri terkadang ditulis dengan simbol tertentu, yang tidak melambangkan adanya dua huruf, seperti ini;    (). Sehingga dengan masuknya huruf Laam-aliif dan huruf Hamzah, maka jumlahnya menjadi 30 huruf.


esungguhnya selain 30 huruf yang telah dikenal itu. Ada lagi dua huruf yang jelas keberadaannya di dalam Alquran (eksis), dan dipakai sebagai alat bantu untuk membaca (fungsional). Kedua huruf itu adalah huruf Aliif-laam () dan huruf Taa-marbuthah ( ). Karena kalau kedua huruf ini tidak dianggap sebagai sebuah huruf, bagaimana kita dapat membaca kata Al Faatihah atau Al Baaqarah, seperti tertulis di bawah ini. Sebagaimana tampak dengan jelas disitu keberadaan dari huruf Aliif-laam, dan juga huruf Taa-marbuthah.

 

 
Sedangkan huruf Aliif dan huruf Hamzah walau pun secara bunyi sama, tetapi sebenarnya mempunyai fungsi dan peran yang berbeda. Hal itu diperlihatkan di dalam Alquran pada awal ayat ke 16 dari QS. 67 Al Mulk, dimana disitu tertulis kata; A-AMINTUM (
  )
Di dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab dan Ibnu Abbas; Rasulullah bercerita bahwa beliau bertemu dengan malaikat Jibril di sekitar bukit Marwah. Rasul mengatakan kepada malaikat Jbril bahwa dirinya diutus Allah kepada umat yang tidak tahu membaca dan menulis, dimana di antara mereka itu ada orang-orang yang sudah sangat tua (kakek-kakek dan nenek-nenek) dan di antara mereka juga banyak anak-anak. Kemudian seakan-akan mencoba memecahkan persoalan yang dihadapi rasul, malaikat Jbril menjawab; “Perintahkan mereka membaca dengan TUJUH HURUF”. Pada hadits yang lain, Rasulullah bersabda bahwa; Jibril membacakan Alquran kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya. Setelah itu aku senantiasa meminta tambahannya dan ia pun menambahiku sampai dengan TUJUH HURUF”. Dari keterangan hadits semacam ini, yang berbicara tentang huruf dan berkaitan dengan Alquran. Memang sangat jauh untuk memperbandingkan tujuh huruf, dengan banyaknya huruf yang sebenarnya, sebagai alat untuk membaca pesan tertulis Alquran. Tetapi kalau kata tujuh yang terdapat di dalam hadits itu dianggap sebagai kata kunci, untuk mengungkap berapa banyak sebenarnya huruf yang dipergunakan sebagai alat baca. Kita harus ikut sertakan angka atau bilangan untuk menemukan jawabnya. Kata tujuh atau SAB’A di dalam Alquran dituliskan dengan huruf seperti di bawah ini. Dimana huruf-huruf itu juga disusun secara alfabetis, sehingga setiap huruf mempunyai nilai angka.



Kalau nilai angka dari ketiga nomor urut huruf itu dijumlahkan, dia akan menjadi; 12+2+18 = 32. Inilah jumlah huruf yang sebenarnya, huruf-huruf yang eksis dan fungsional sebagai alat bantu untuk membaca pesan-pesan tertulis Alquran.

Dimana setelah huruf Yaa yang menempati nomor urut yang ke 30. Maka huruf Aliiflaam ( ) ditempatkan pada nomor urut ke 31, dan selanjutnya  huruf Taamarbuthah ditempatkan pada nomor urut ke (    ). Alasannya adalah karena huruf Aliiflaam biasanya selalu mengawali suatu suku kata, sedangkan huruf Taamarbuthah selalu mengakhiri suatu suku kata. Sebagaimana tadi terlihat pada penulisan kata Al Faatihah, dan Al Baaqarah.

Angka sebagai simbol bilangan ada 10, dan huruf sebagai simbol bunyi ada sebanyak 32. Kalau banyaknya angka dan huruf ini disatukan, maka akan didapat jumlah bilangan sebanyak; 10+32 = 42. Bilangan 42 ini berkorelasi dengan QS. 80 ‘Abasa yang mempunyai kandungan ayat sebanyak 42, dan dengan bilangan 42 sebagai nomor surat, yaitu: QS. 42 Asy Syuraa. ‘Abasa berarti “IA BERMUKA MASAM”, meriwayatkan ketika Rasulullah sedang menerima dan berbicara dengan para pembesar Quraisy, yang diharapkan olehnya mereka mau menerima ajaran Islam. Pada saat itu masuklah Ibnu Ummi Maktum seorang sahabat yang buta, yang mengharap agar Rasulullah membacakan kepadanya ayat-ayat Alquran yang telah diturunkan Allah. Tetapi Rasulullah bermuka masam, dan memalingkan muka dari sahabat yang buta itu. Lalu Allah menurunkan surat ‘Abasa ini, sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap Ibnu Ummi Maktum. Karena tidak mau member pelajaran kepada orang yang sudah jelas mau beriman kepada-Nya, sedangkan para pembesar Qurasy itu belum tentu mau beriman. Sebagai sebuah pelajaran bagi kita semua, disini jelas diperlihatkan bahwa Rasulullah saat itu hanya melihat pada satu sisi saja. Mengharap para pembesar Quraisy mau beriman dan menerima ajaran Islam. Sedangkan sisi lain diabaikan, yaitu orang yang sudah jelas meminta pelajaran tentang ajaran Islam kepadanya. Dimana seharusnya orang buta ini dilayaninya juga secara baik. Sebagaimana yang dilakukannya terhadap para pembesar Quraisy, yang datang kepadanya. Kalau hal ini disebut sebagai sebuah kesalahan. Inilah kesalahan pertama dan terakhir yang terjadi pada diri Muhammad di dalam hidupnya, baik dia sebagai manusia biasa maupun sebagai utusan Allah. Adanya kesalahan itu untuk memperjelas kepada kita. Bahwa sesungguhnya dia juga merupakan manusia biasa, yang tidak terlepas dari kekhilafan dan kesalahan. Walau pun tentu kadar kesalahannya sebagaimana kita lihat, sangatlah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kita sebagai manusia biasa. QS. 42 Asy Syuraa berarti MUSYAWARAH. Sebuah musyawarah diadakan apabila terjadi perbedaan pendapat di antara beberapa orang dalam mengambil sebuah keputusan, untuk menentukan nilai sebuah kebenaran. Dimana setiap pihak yang datang ke permusyawaratan, tentunya sudah membekali dirinya dengan ide, syaran atau pendapat tentang bagaimana seharusnya keputusan itu diambil. Hal seperti tidak berbeda dengan apa yang sedang dihadapi oleh umat Islam, dalam upaya memahami petunjuk-Nya di dalam Alquran sekarang ini. Dimana kajian Alquran secara tekstual, atau secara bahasa yang selama ini dijalankan. Seharusnya juga bersinergi dengan kajian angka atau numerik. Menggabung 10 simbol angka dengan 32 simbol huruf, sehingga selalu menghasilkan nilai 42 sebagai sebuah MUSYAWARAH. Agar dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya, dan bukan saling menafikan dalam upaya mencari nilai kebenaran. Hidupkanlah selalu musyawarah dalam hidup ini, untuk dapat menjembatani segala macam permasalahan kehidupan. Karena musyawarah mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam tata pergaulan, terutama di dalam ajaran agama Islam.

Betapa pentingnya mengikut sertakan angka atau bilangan dalam sebuah kajian Alquran, dapat dilihat berikut ini. Sebagai umat Islam yang baik, setiap orang tentunya akan melaksanakan shalat fardhu lima kali, sebanyak 17 raka’at. Karena surat pertama Al Faatihah merupakan surat yang wajib dibaca di dalam ibadah shalat. Maka surat itu akan dibaca sebanyak 17 kali, dalam sehari dan semalam. Di dalam salah satu hadits Nabi, dikatakan bahwasanya ibadah shalat adalah do’a. Di dalam surat Al Faatihah salah satu bentuk do’a, berbunyi; “Tunjukilah kami jalan yang lurus ”. Kata yang lurus atau yang benar yang ada disini, diterjemahkan dari kata MUSTAQIIM. Dalam hal ini, sebenarnya kata yang tertulis sebagai Mustaqiim, dapat dikatakan masih berada di dalam kawasan yang  bersifat filosofis, abstrak, ideal dan cool analog thinking. Karena kata ini masih memerlukan pendalaman yang lebih lanjut.  Kata yang membuat banyak orang tidak menyadari tentang arti, serta maksud yang sebenarnya. Sehingga ketika seseorang menghadapi permasalahan hidup yang dianggapnya sulit. Dia mencoba mencari jawaban dengan cara yang tidak benar. Keluar dari jalan yang lurus, dengan pergi ke orang pintar, atau bermalam-malam diam di kubur orang yang dianggap dapat memberi berkah serta petunjuk baginya, agar dapat menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Hal itu dilakukan krena selama ini merasa tidak mendapat jawaban terhadap permohonannya, untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus. Tetapi ketika huruf-huruf dari kata ini kita konversikan kepada angka yang merupakan nomor urut dari huruf tersebut secara alfabetis. Maka dia akan terlihat seperti dibawah ini, dimana hasil dari penjumlahan angkanya akan bernilai; 114.


 
 
Bilangan sebanyak ini berkorelasi dengan nomor surat ke 114 An Naas yang berarti MANUSIA, dan bilangan 114 ini juga merupakan jumlah dari seluruh surat di dalam Alquran. Hasil konversi huruf ke angka ini membuat jelas, membuat terang benderang apa yang sebenarnya dimaksud dengan kata Mustaqiim. Bahwa jalan yang Mustaqiim, jalan yang lurus atau jalan yang benar itu, adalah Alquran yang terdiri dari 114 surat, sebagai petunjuk Allah yang diturunkan bagi Manusia. Selanjutnya nomor surat itu juga berkorelasi dengan nomor surat di dalam Alquran, sebagaimana keterangan di bawah ini.



Pada bagian ini menjadi semakin jelas bahwa Alquran sebagai jalan yang lurus. Adalah jalan yang pada tiap tepinya terdapat Cahaya. Jalan terang yang tidak akan membuat manusia tersesat, siapa pun dia. Sebagaimana adanya lampu pada sisi landas pacu di bandar udara, atau jalan raya yang diberi rambu yang jelas pada sisi jalan. Sehingga memudahkan pengemudi untuk memacu kendaraannya, agar dapat dengan selamat sampai di tujuan. Manusia-manusia yang berada di jalan yang lurus atau Mustaqiim, terjemah suratnya diwakili oleh nabi Yusuf, keluarga Imran, para nabi dan bangsa Romawi. Sedangkan di dalam penafsiran, manusia-manusia yang berada disitu mewakili manusia-manusia secara pribadi, keluarga, pemimpin dan bangsa. Jadi sejahtera dan tangguhnya suatu bangsa atau negara, akan terjadi apabila warga dari negara itu menjalankan nilai keagamaan secara konsekwen dengan baik dan benar berdasarkan petunjuk-Nya. Walau negara tidak dibangun berlandaskan nilai keagamaan tertentu. Tetapi kehidupan yang religius akan terlihat dengan sendirinya pada perilaku warga dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena setiap warga baik secara pribadi, keluarga, pemimpin dan para penyelenggara Negara, menjalankan nilai keagamaan secara konsekwen, dengan sepenuh kesadaran. Dengan demikian akan terciptalah dengan sendirinya kehidupan masyarakat yang rahmatan lil’ aalamiin. Kehidupan yang damai dan sejahtera yang dirasakan oleh seluruh warganya, baik dia  seorang muslim atau pun bukan. Jadi bagi mereka yang sedang menghadapi permasalahan hidup, tetaplah konsisten dengan pendirian di dalam agama ini. Baca, pelajari, pahami dan amalkan pesan Alquran, karena dia merupakan petunjuk dan pelajaran dari Allah. Dia merupakan penyembuh bagi penyakit dan permasalahan kehidupan, serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana disampaikan-Nya pada QS. 10 Yuunus di ayat ke 57.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamua pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Pada bagian bawah ini ditampilkan susunan dari ke 32 huruf, yang eksis dan fungsional. Untuk digunakan sebagai alat untuk membaca dan memahami petunjuk-Nya, yang tertulis di dalam Alquran.

Selain itu ada hal lain yang menarik, dari ke 32 huruf tersebut. Huruf-huruf itu terbagi menjadi dua bagian, dalam jumlah yang seimbang. Dimana ada 16 huruf
yang bertitik, dan ada 16 huruf yang tidak bertitik. Di bawah ini daftar dari 16 huruf yang bertitik, dan 16 huruf yang tidak bertitik.



 
Apabila jumlah titik yang ada pada huruf-huruf itu dijumlahkan, hasilnya ada sebanyak 24 titik. Jumlah bilangan ini berkolerasi dengan nomor urut surat ke 24, yaitu; An Nuur yang berarti Cahaya. Dimana cahaya atau petunjuk dari Alquran, secara simbolik juga berbicara tentang adanya pencerahan bagi manusia. Atau, apakah dari sini timbulnya ungkapan TITIK TERANG? Sepertinya masing-masing kita, mempunyai jawaban sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar