Pada QS. 49 Al Hujuraat ayat 12,
Allah melarang manusia untuk berprasangka buruk. Karena prasangka buruk,
merupakan cerminan seseorang
yang melihat suatu permasalahan hanya dari satu sisi. Tidak mau melihat
sisi yang lain, dimana mungkin ada nilai
kebaikan disana sebagai pembanding. Adanya larangan itu, karena
sesungguhnya Dia telah membekali manusia otak untuk berpikir. Dimana otak
manusia juga dibagi menjadi dua bagian, otak kanan dan otak kiri sebagai satu
bentuk keseimbangan. Agar manusia dapat
mencerna pesan-pesan yang bersifat logis dan filosofis. Pesan yang bersifat
konkrit dan abstrak, yang real maupun ideal, hot digital thinking atau cool
analog thinking yang disampaikan berupa angka dan huruf. Dimana kedua perangkat
ini, angka dan huruf. Seharusnya disinergikan agar dapat menghasilkan hasil olah
pikir, atau hasil kajian yang maksimal. Dalam upaya mencari nilai kebenaran dari
pesan serta petunjuk yang disampaikan-Nya kepada manusia di dalam Alquran.
Betapa pentingnya memperhatikan angka selain
dari huruf di dalam
Alquran. Diingatkan
oleh-Nya pada QS. 89 Al Fajr ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi; Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang
genap dan yang ganjil. Waktu fajar adalah saat akan mulai terbitnya matahari
di ufuk
timur, sebagai awal dari kehidupan. Bilangan sepuluh tentunya mengingatkan
kita pada banyaknya simbol angka atau bilangan, mulai dari angka satu sampai dengan angka nol atau kosong.
Sedangkan genap dan ganjil sudah jelas berbicara tentang banyaknya angka atau
bilangan. Pesan dari ketiga ayat itu seakan-akan berbicara, bahwa; dengan
diikutsertakannya angka atau bilangan di dalam kajian Alquran. Mudah-mudahan ke
depan dia akan menjadi awal baru
kehidupan,
terungkapnya petunjuk dari keluasan dan
kedalaman ilmu-Nya di dalam Alquran, yang selama ini belum terungkap kepermukaan.
Kalau simbol angka atau bilangan ada sepuluh. Berapa
banyak sebenarnya huruf hijaiyah yang eksis dan dapat digunakan untuk membaca
petunjuk-Nya yang tertulis di dalam Alquran? Ada yang berpendapat sebanyak 28 huruf, ada pula yang mengatakan 30
huruf. Yang mengatakan
28 huruf, karena mereka tidak menganggap huruf Laam-aliif
) dan Hamzah ( οΊ€ ) sebagai huruf. Alasannya karena huruf Laam-aliif
dianggap sebagai dua huruf yang digabung, sedangkan Hamzah dianggap mempunyai
bunyi yang sama dengan huruf Aliif. Di dalam bahasa lain di luar bahasa Arab, seperti
dalam bahasa Indonesia umpamanya. Sebenarnya dikenal juga penggabungan dua
huruf yang mempunyai makna tersendiri, seperti; NG dan NY. Apalagi huruf
Laam-aliif sendiri terkadang ditulis dengan simbol tertentu, yang tidak melambangkan
adanya dua huruf, seperti ini; (). Sehingga dengan masuknya huruf
Laam-aliif dan huruf Hamzah, maka jumlahnya menjadi 30 huruf.
esungguhnya
selain 30 huruf yang telah dikenal itu. Ada lagi dua huruf yang jelas
keberadaannya di dalam Alquran (eksis), dan dipakai sebagai alat bantu untuk
membaca (fungsional). Kedua huruf itu adalah huruf Aliif-laam () dan huruf Taa-marbuthah ( ). Karena kalau kedua huruf ini tidak
dianggap sebagai sebuah huruf, bagaimana kita dapat membaca kata Al Faatihah
atau Al Baaqarah, seperti tertulis di bawah ini. Sebagaimana tampak dengan
jelas disitu keberadaan dari huruf Aliif-laam, dan juga huruf Taa-marbuthah.
Sedangkan
huruf Aliif dan huruf Hamzah walau pun secara bunyi sama, tetapi sebenarnya mempunyai
fungsi dan peran yang berbeda. Hal itu diperlihatkan di dalam Alquran pada awal
ayat ke 16 dari QS. 67 Al Mulk, dimana disitu tertulis kata; A-AMINTUM (
)
Di
dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab dan Ibnu
Abbas; Rasulullah bercerita bahwa beliau bertemu dengan malaikat
Jibril di sekitar bukit Marwah. Rasul mengatakan kepada malaikat Jbril bahwa
dirinya diutus Allah kepada umat yang tidak tahu membaca dan menulis, dimana di
antara mereka itu ada orang-orang yang sudah sangat tua (kakek-kakek dan
nenek-nenek) dan di antara mereka juga banyak anak-anak. Kemudian seakan-akan
mencoba memecahkan persoalan yang dihadapi rasul, malaikat Jbril menjawab;
“Perintahkan mereka membaca dengan TUJUH HURUF”. Pada hadits yang lain, Rasulullah bersabda bahwa; Jibril membacakan Alquran
kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya. Setelah itu aku
senantiasa meminta tambahannya dan ia pun menambahiku sampai dengan TUJUH HURUF”. Dari keterangan hadits semacam ini, yang
berbicara tentang huruf dan berkaitan dengan Alquran. Memang sangat jauh untuk
memperbandingkan tujuh huruf, dengan banyaknya huruf yang sebenarnya, sebagai
alat untuk membaca pesan tertulis Alquran. Tetapi kalau kata tujuh yang
terdapat di dalam hadits itu dianggap sebagai kata kunci, untuk mengungkap
berapa banyak sebenarnya huruf yang dipergunakan sebagai alat baca. Kita harus
ikut sertakan angka atau bilangan untuk menemukan jawabnya. Kata tujuh atau SAB’A di dalam Alquran dituliskan dengan
huruf seperti di
bawah ini. Dimana huruf-huruf itu juga disusun secara alfabetis, sehingga setiap
huruf mempunyai nilai angka.
Kalau nilai angka dari ketiga nomor urut huruf itu dijumlahkan, dia akan menjadi; 12+2+18 = 32.
Inilah jumlah huruf yang sebenarnya, huruf-huruf yang eksis dan fungsional sebagai
alat bantu untuk membaca pesan-pesan tertulis Alquran.
Dimana setelah huruf Yaa yang
menempati nomor urut yang ke 30. Maka huruf Aliiflaam (
) ditempatkan pada nomor urut ke 31,
dan selanjutnya huruf Taamarbuthah ditempatkan pada nomor urut ke (
). Alasannya adalah karena huruf Aliiflaam biasanya selalu
mengawali suatu suku kata, sedangkan huruf Taamarbuthah selalu mengakhiri suatu suku kata. Sebagaimana tadi terlihat pada
penulisan kata Al Faatihah, dan Al Baaqarah.
Angka
sebagai simbol bilangan ada 10, dan huruf sebagai simbol bunyi ada sebanyak 32.
Kalau banyaknya angka dan huruf ini disatukan, maka akan didapat jumlah
bilangan sebanyak; 10+32 = 42. Bilangan 42 ini berkorelasi dengan QS. 80 ‘Abasa
yang mempunyai kandungan ayat sebanyak 42, dan dengan bilangan 42 sebagai nomor
surat, yaitu: QS. 42 Asy Syuraa. ‘Abasa berarti “IA BERMUKA MASAM”, meriwayatkan ketika Rasulullah sedang menerima
dan berbicara dengan para pembesar Quraisy, yang diharapkan olehnya mereka mau
menerima ajaran Islam. Pada saat itu masuklah Ibnu Ummi Maktum seorang sahabat
yang buta, yang mengharap agar Rasulullah membacakan kepadanya ayat-ayat
Alquran yang telah diturunkan Allah. Tetapi Rasulullah bermuka masam, dan
memalingkan muka dari sahabat yang buta itu. Lalu Allah menurunkan surat ‘Abasa
ini, sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap Ibnu Ummi Maktum. Karena
tidak mau member pelajaran kepada orang yang sudah jelas mau beriman
kepada-Nya, sedangkan para pembesar Qurasy itu belum tentu mau beriman. Sebagai
sebuah pelajaran bagi kita semua, disini jelas diperlihatkan bahwa Rasulullah saat
itu hanya melihat pada satu sisi saja. Mengharap para pembesar Quraisy mau beriman
dan menerima ajaran Islam. Sedangkan sisi lain diabaikan, yaitu orang yang
sudah jelas meminta pelajaran tentang ajaran Islam kepadanya. Dimana seharusnya
orang buta ini dilayaninya juga secara baik. Sebagaimana yang dilakukannya
terhadap para pembesar Quraisy, yang datang kepadanya. Kalau hal ini disebut
sebagai sebuah kesalahan. Inilah kesalahan pertama dan terakhir yang terjadi
pada diri Muhammad di dalam hidupnya, baik dia sebagai manusia biasa maupun
sebagai utusan Allah. Adanya kesalahan itu untuk memperjelas kepada kita. Bahwa
sesungguhnya dia juga merupakan manusia biasa, yang tidak terlepas dari
kekhilafan dan kesalahan. Walau pun tentu kadar kesalahannya sebagaimana kita
lihat, sangatlah jauh berbeda jika dibandingkan dengan kita sebagai manusia
biasa. QS. 42 Asy Syuraa berarti MUSYAWARAH. Sebuah musyawarah diadakan apabila
terjadi perbedaan pendapat di antara beberapa orang dalam mengambil sebuah
keputusan, untuk menentukan nilai sebuah kebenaran. Dimana setiap pihak yang
datang ke permusyawaratan, tentunya sudah membekali dirinya dengan ide, syaran
atau pendapat tentang bagaimana seharusnya keputusan itu diambil. Hal seperti
tidak berbeda dengan apa yang sedang dihadapi oleh umat Islam, dalam upaya
memahami petunjuk-Nya di dalam Alquran sekarang ini. Dimana kajian Alquran
secara tekstual, atau secara bahasa yang selama ini dijalankan. Seharusnya juga
bersinergi dengan kajian angka atau numerik. Menggabung 10 simbol angka dengan
32 simbol huruf, sehingga selalu menghasilkan nilai 42 sebagai sebuah
MUSYAWARAH. Agar dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya, dan bukan
saling menafikan dalam upaya mencari nilai kebenaran. Hidupkanlah selalu
musyawarah dalam hidup ini, untuk dapat menjembatani segala macam permasalahan
kehidupan. Karena musyawarah mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam tata
pergaulan, terutama di dalam ajaran agama Islam.
Betapa pentingnya mengikut sertakan angka atau bilangan dalam sebuah kajian
Alquran, dapat dilihat berikut ini. Sebagai umat Islam yang baik, setiap orang
tentunya akan melaksanakan shalat fardhu lima kali, sebanyak 17 raka’at. Karena surat pertama Al Faatihah
merupakan surat yang wajib dibaca di dalam ibadah shalat. Maka surat itu akan
dibaca sebanyak 17 kali,
dalam sehari dan semalam. Di dalam salah satu hadits Nabi, dikatakan bahwasanya
ibadah shalat adalah do’a. Di dalam surat Al Faatihah salah satu bentuk do’a, berbunyi; “Tunjukilah kami jalan yang lurus ”. Kata yang lurus atau yang benar
yang ada disini, diterjemahkan dari
kata MUSTAQIIM. Dalam hal ini, sebenarnya kata yang tertulis sebagai Mustaqiim, dapat dikatakan masih
berada di dalam kawasan yang bersifat
filosofis, abstrak, ideal dan cool analog thinking. Karena kata ini masih
memerlukan pendalaman yang lebih lanjut.
Kata yang membuat banyak orang tidak menyadari tentang arti, serta
maksud yang sebenarnya. Sehingga ketika seseorang menghadapi
permasalahan hidup yang dianggapnya sulit. Dia mencoba mencari jawaban dengan
cara yang tidak benar. Keluar dari jalan yang lurus, dengan pergi ke orang pintar, atau bermalam-malam diam
di kubur orang yang dianggap dapat memberi berkah serta petunjuk baginya, agar
dapat menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Hal itu dilakukan krena
selama ini merasa tidak mendapat jawaban terhadap permohonannya, untuk
ditunjukkan kepada jalan yang lurus. Tetapi ketika huruf-huruf dari kata ini kita konversikan kepada angka yang
merupakan nomor urut dari huruf tersebut secara alfabetis. Maka dia akan terlihat seperti dibawah ini,
dimana hasil dari penjumlahan angkanya akan bernilai; 114.
Bilangan
sebanyak ini berkorelasi dengan nomor surat ke 114 An Naas yang berarti MANUSIA, dan bilangan 114 ini juga merupakan jumlah dari seluruh surat di dalam Alquran. Hasil
konversi huruf ke angka ini membuat jelas, membuat terang benderang apa yang
sebenarnya dimaksud dengan kata Mustaqiim. Bahwa jalan yang Mustaqiim, jalan yang lurus atau
jalan yang benar itu, adalah Alquran yang terdiri dari 114 surat,
sebagai petunjuk Allah yang diturunkan bagi Manusia. Selanjutnya nomor surat itu juga berkorelasi
dengan nomor surat di dalam Alquran, sebagaimana keterangan di bawah ini.
Pada bagian ini menjadi semakin jelas bahwa Alquran sebagai jalan yang
lurus. Adalah jalan yang pada tiap tepinya terdapat Cahaya. Jalan terang yang tidak
akan membuat manusia tersesat, siapa pun dia. Sebagaimana adanya lampu pada sisi
landas pacu di bandar udara, atau jalan raya yang diberi rambu yang jelas
pada sisi jalan. Sehingga memudahkan pengemudi untuk memacu
kendaraannya, agar dapat
dengan selamat sampai di tujuan. Manusia-manusia yang berada di jalan yang lurus atau
Mustaqiim, terjemah suratnya diwakili oleh nabi Yusuf, keluarga Imran,
para nabi dan bangsa Romawi. Sedangkan di dalam penafsiran, manusia-manusia yang berada disitu mewakili manusia-manusia secara pribadi, keluarga, pemimpin dan
bangsa. Jadi sejahtera dan tangguhnya suatu bangsa atau negara, akan
terjadi apabila warga dari negara itu menjalankan nilai keagamaan secara
konsekwen dengan baik dan benar berdasarkan petunjuk-Nya. Walau negara tidak
dibangun berlandaskan nilai keagamaan tertentu. Tetapi kehidupan yang religius
akan terlihat dengan sendirinya pada perilaku warga dalam kehidupan sehari-hari,
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena setiap warga baik secara
pribadi, keluarga, pemimpin dan para penyelenggara Negara, menjalankan nilai
keagamaan secara konsekwen, dengan sepenuh kesadaran. Dengan demikian akan
terciptalah dengan sendirinya kehidupan masyarakat yang rahmatan lil’ aalamiin. Kehidupan yang damai dan sejahtera yang
dirasakan oleh seluruh warganya, baik dia
seorang muslim atau pun bukan. Jadi bagi mereka yang sedang menghadapi
permasalahan hidup, tetaplah konsisten dengan pendirian di dalam agama ini.
Baca, pelajari, pahami dan amalkan pesan Alquran, karena dia merupakan petunjuk
dan pelajaran dari Allah. Dia merupakan penyembuh bagi penyakit dan
permasalahan kehidupan, serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana
disampaikan-Nya pada QS. 10 Yuunus di ayat ke 57.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamua pelajaran dari
Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Pada
bagian bawah ini ditampilkan susunan dari ke 32 huruf, yang
eksis dan fungsional. Untuk digunakan sebagai alat untuk membaca dan memahami
petunjuk-Nya, yang tertulis di dalam Alquran.
Selain itu ada hal lain yang
menarik, dari ke
32 huruf tersebut. Huruf-huruf itu terbagi menjadi dua bagian, dalam jumlah
yang seimbang. Dimana ada 16 huruf
yang bertitik, dan ada 16
huruf yang tidak bertitik. Di
bawah ini daftar dari
16 huruf yang bertitik, dan 16 huruf yang
tidak bertitik.
Apabila jumlah
titik yang ada pada huruf-huruf
itu dijumlahkan, hasilnya ada sebanyak 24 titik. Jumlah bilangan
ini berkolerasi dengan nomor urut surat ke 24, yaitu; An Nuur yang berarti Cahaya.
Dimana cahaya atau petunjuk dari Alquran, secara simbolik juga berbicara
tentang adanya pencerahan bagi manusia. Atau, apakah dari sini timbulnya ungkapan TITIK
TERANG? Sepertinya masing-masing kita, mempunyai jawaban sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar